SURAT SENJA PART 4
Surat senja part 4
(bacanya sambil dengerin lagu maher zain
sepanjang hidup.....)
Karena engkau pendidik rumah tangga kita
Aku
memilihmu sebagai calon imamku bukan karena indah paras dan gagah ragamu,
karena keindahan wajah hanya akan menjadi malapetaka, jika kau tak mampu
menjaganya, gagahnya raga hanya akan menjadi bencana jika di hati pemiliknya
tidak terdapat akhlaq mulia.
Ketika
memilihmu, tentu saja aku berharap bisa bersamamu selamanya. Tak hanya di dunia
tentunya sampai di akhiratNya. Mari kita saling menguatkan dalam ketaatan dan
saling menasehati dalam kebaikan.
“cinta sejati adalah ketika kita saling
mencintai karena Allah”
Hadirmu
menjadikan hatiku makin takut mendurhakaiNya, hadirmu membuatku makin
bersemangat untuk mendekat kepadanya. In syaa Allah, semoga syetan tidak
membumbuinya dengan rayuan manisnya.
Aku
menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, setiap manusia tentunya pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Begitu juga kita. Dalam
kelemahanku, aku harap engkau dapat menguatkanku. Dalam kekuranganku, aku harap
engkau yang menggenapiku.
Ketika
banyak pasangan yang bahagia. Ketika mereka saling menerima apa adanya. Aku
harap kita tidak seperti itu karena tidak semua kekurangan layak untuk kita
maklumi dan pertahankan.
Kita
boleh saja menerima kekurangan yang memang tak dapat di ubah, sembari terus
ikhtiar untuk menyempurnakan kekurangan yang masih bisa di perbaiki. Jika nanti
setelah menikah, akhlaq dan perilaku masih sama seperti sebelum menikah,
bukankah itu berarti pernikahan kita tidak membawa perubahan dalam kehidupan
kita?
Padahal
kita tau jika kualitas kita sama dengan hari kemarin maka kita termasuk orang
yang merugi, apalagi jika hari kita lebih buruk dari hari kemarin. Naudzubillah,,
Tidak
ada pilihan lagi, kita harus lebih semangat agar ketika semakin dekat maut
kita, maka semakin baik ilmu kita, semakin baik amal kita, dan semakin baik
akhlaq kita. Aamiien...Mari saling mengingatkan, saling menyemangati. Keluarga
yang nanti kita akan bangun harus menjadi jalan untuk menuju syurgaNya.
Janganlah
pernah bosan dalam menuntut ilmu. Karena ketika menikah nanti, aku harap kamu
bukan hanya menjadi pendampingku melainkan juga menjadi guru di keluargaku.
Menjadi guru yang selalu menunjukkan mana kebenaran dan mana kesalahan. serta
memberitahuku mana cahaya dan mana kegelapan. Jadilah pendidik yang tak enggan
menasehati ketika melihat perilaku anak anak kita menyimpang dari koridorNya.
Kamu
pernah mengatakan bahwa di masa penantian ini kamu juga bisa menimba ilmu untuk
memperkuat kepribadian. Aku mengajakmu
untuk mempersiapkan segala ilmu itu jauh jauh hari sebelum kita di
pertemukan oleh Allah dalam satu keluarga.
Aku
sangat percaya keluarga yang didalamnya berisi orang orang yang berilmu pasti
memiliki kualitas yang lebih baik dari pada keluarga yang dibangun tanpa ilmu.
agar ketika akad telah di ucapkan kita tidak gugup untuk menghadapi persoalan
yang akan datang. Karena kita telah memiliki ilmu yang matang untuk menghadapai
semuanya.
Benar
persiapan finansial sangatlah penting, aku tak bisa memungkirinya sebagai
seorang wanita. Karena kebutuhan dan keinginan selalu menjadi benalu dalam
fikiran. Benar, persiapan harta juga penting. Benar, proses nikah membutuhkan
biaya. Benar rumah tangga butuh akan adanya nafkah. Tapi
yang jauh lebih penting sesungguhnya
adalah persiapan ilmu. karena dengan ilmu, kesederhanaan akan menghadirkan kebahagiaan. In syaa Allah.
Teringat
lagi kata ali ibn abi thalib yang membagi manusia menjadi 3 golongan :
Pertama, alim rabbani (ulama)
Kedua, penuntut ilmu, yakni
orang orang yang berada di jalan keselamatan, cinta kebaikan, berusaha
mendalami ilmu agama Allah untuk mendapatkan “bashirah” (dalam kitab hikam
berarti cahaya), sehingga dapat membedakan yang haq dan yang bathil.
Ketiga, orang awam, yakni orang
yang mengikuti setiap seruan, condong sesuai dengan arah angin, tidak menerangi
diri dengan cahaya ilmu dan tidak berpegangan kuat.
Jika
belum bisa menjadi golongan pertama, minimal kita mengupayakan untuk mejadi
golongan kedua dengan mencintai kebaikan dan menuntut ilmu, sehingga kita dapat
tau mana yang benar dan mana yang salah. Ketika Ali diberi pilihan antara harta
dan ilmu, Ali ibn Abi Thalib dengan tegas menjawab ilmu.
Sangat
malu rasanya ketika kamu mengatakan bahwa semua tau tentang diriku akan harta yang
seakan akan aku mengejar harta dari seorang laki laki, menjadi tamparan keras
dan sangat membekas untuk selalu di ingat agar mencapai puncak sebuah syukur
pada Allah swt. Tabarokallah,,,,
“ al ilmu fahrusuka, wal malu
fahrusuhu”
(dengan ilmu kita dijaga dan dengan harta kita
menjaga)

Komentar